Rabu, 28 Oktober 2009

artikel budaya


KAWASAN KOTA TUA, BUDAYA KUNO JAKARTA
Apabila kita berkunjung ke kota Jakarta, tentunya banyak lokasi wisata yang bisa dijadikan tujuan. Taman impian jaya ancol, yang didalamnya dilengkapi dengan gelanggang samudera, sea world, dunia fantasi (dufan), dan pantai bisa dijadikan salah satu prioritas. Ada juga taman mini Indonesia indah, yang didalamnya terdapat planetarium, keong mas, dll. Bagi yang senang dengan tontonan binatang, ada kebun binatang ragunan di Jakarta selatan. Tapi diluar semua itu, bagi yang ingin melihat budaya asli Jakarta yang diwariskan dari jaman penjajahan, pilihannya adalah kawasan kota tua. Suatu kawasan yang terdiri dari beberapa museum, halaman luas, bekas penjara, dan meriam. Khusus 2 terakhir sudah ada dari jaman belanda. Kota tua berada sangat dekat dengan stasiun kota Jakarta. Jadi jangan heran, kalau di sekitar kawasan kota tua sangat ramai. Bahkan hampir pasti tiap hari ada wisatawan mancanegara yang tampak di kawasan kota tua. Walaupun namanya kota tua, bukan berarti seluruh bangunan dan segala sesuatu yang ada disana sudah kuno / ketinggalan jaman. Karena disana ada sebuah kafe yang bernama kafe Batavia. Pada sore hari dan pagi hari, bagian tengah kota tua yaitu bagian halaman akan terlihat sangat ramai. Ada yang foto-foto, bermain bola, ngobrol, bermain sepeda, makan, atau hanya duduk saja. Sering sekali terlihat anak sekolah yang sedang melakukan kunjungan atau studi observasi. Selain itu banyak sesi foto untuk pernikahan yang mengambil latar disana. Untuk mengimbangi jumlah pengunjung, jumlah pedagang yang berjualan disana juga banyak. Pedagang bakmi, baso, dan ketoprak sering terlihat disana. Juga ada yang khusus menawarkan jasa foto. yang unik dan mungkin hanya ada di kota tua yaitu para tukang ojek sepeda yang menawarkan jasa keliling kawasan kota tua. Bisa juga kalau kita yang ingin mengendarai sepeda tersebut. Halaman utama kota tua diapit oleh 2 bangunan besar, yang satu adaalh kantor pos, dan yang satunya lagi adalah museum sejarah Jakarta atau sering disebut museum fatahillah. Harga tiket masuk museum sangat murah. Terakhir kali saya pergi, saya hanya membayar Rp.1500. pasti anda pernah mendengar tentang musem bahari, yaitu museum yang mengoleksi segala hal yang berhubungan dengan kebaharian (kelautan). Antara lain perahu, model kapal, dan penjara di sisi sebelah kanannya. Museum bahari tidak terletak di kawasan kota tua. Tetapi terletak di tempat yang agak jauh dari kota tua. Museum yang berada di kawasan kota tua selain museum sejarah antara lain museum keramik dan museum wayang. Namun saya tidak akan menceritakan tentang kedua museum tersebut karena saya juga belum sempat untuk masuk. Didalam museum sejarah, banyak sekali barang-barang dan kerajinan yang sudah kuno dipamerkan. Yang saya ingat antara lain kasur kayu, berbagai macam kursi, lemari kaca, hiasan, pajangan, dll. Demikian kira-kira keadaan kota tua yang terkenal itu. Terakhir saya melihat ada paket ‘wisata malam kota tua’. Semoga kota tua selalu terjaga agar generasi yang akan datang dapat menikmatinya.

Sabtu, 10 Oktober 2009

artikel sosial


Lebaran dan mudik
Setiap tahunnya pada bulan agustus sampai dengan September, umat muslim di Indonesia melakukan ibadah puasa dan disusul oleh hari raya lebaran. Dan itu rutin dijalani oleh kira-kira ¾ warga Indonesia yang berjumlah sekitar 250.000.000 jiwa. Ibadah puasa dijalani sebulan penuh oleh umat muslim. Dan bagi umat non muslim (seperti saya) pun sudah terbiasa untuk menghormati umat muslim yang sedang beribadah puasa tanpa makan dan tanpa minum. Antara lain dengan cara tidak mengkonsumsi makanan dan minuman di tempat-tempat umum dan tempat keramaian, karena bisa menggoda yang sedang berpuasa. Kadang-kadang saya berpikir untuk memposisikan diri seperti seorang muslim yang berpuasa, rasanya saya tidak akan cukup kuat untuk tidak makan apalagi tidak minum bahkan untuk waktu beberapa jam saja. Jadi saya cukup salut dengan orang yang kuat berpuasa 1 bulan penuh. Nah, saat ibadah puasa berakhir, saatnya untuk lebaran dan mudik pulang kampung. Ini bisa dibilang salah satu budaya Indonesia. Dan kalender tiap tahunnya tidak mungkin tidak mencantumkan libur lebaran sebagai hari libur nasional. Ini membuat umat non muslim mendapat berkah pula, yaitu libur cukup lama, bisa mencapai 2 minggu. Lebaran juga tidak dapat lepas dari yang namanya THR (tunjangan hari raya). Setahu saya thr itu sebesar uang gaji 1 bulan. Jadi bekerja 1 bulan mendapat upah 2 bulan. Menurut saya hal itu sah dan wajar-wajar saja. Alasannya adalah seorang pemudik membutuhkan biaya berlipat-lipat untuk pulang kampung, mulai dari biaya transportasi, sedekah, oleh-oleh untuk sanak saudara di kampung, berlibur saat di kampung, dll. Pertanyaannya sekarang mengapa harus ada mudik? Apakah mudik itu perlu? Mungkin mayoritas orang akan menjawab bahwa mudik adalah satu-satunya kesempatan untuk pulang ke kampung bertemu anak, suami, istri, orangtua, dan sanak saudara lainnya. Mungkin karena jarak tempat bekerja dan kampung halaman sudah antar kota, antar propinsi, bahkan antar pulau. Sehingga beberapa orang tidak mungkin pulang kampung bila tidak ada lebaran. Lalu yang sudah menjadi pengetahuan umum adalah apabila ada mudik, pasti ada macet. Tidak mungkin tidak. Kalau tidak macet maka bukan mudik namanya. Karena banyak yang menggunakan kendaraan pribadi, yaitu motor dan mobil, maka kemacetan tidak dapat dihindari. Bahkan ada juga kemacetan “di dalam” yaitu apabila kita mudik dengan transportasi umum, seperti kereta dan bis. Tetapi pesawat terbang mendapat pengecualian. Apabila kita melihat berita di televisi, dapat kita lihat penumpang kereta api sudah melewati batas. Bergelantungan di pintu gerbong dan duduk di atas gerbong seperti sudah biasa, padahal hal itu sungguh berbahaya. Kalau untuk bis, masalahnya antara lain telat datang dan kekurangan armada untuk mengangkut penumpang. Kebanyakan pemudik berasal dari Jakarta. Menurut saya persentasenya adalah 80%. Buktinya saat lebaran, Jakarta terlihat sangat sepi, berbeda dengan biasanya. Itupun belum termasuk bagi yang tidak pulang kampung. Ini tentu dikarenakan Jakarta adalah ibukota Indonesia. Pusat industry, perdagangan, teknologi Indonesia. Bisa dibilang kalau ingin sukses, maka datanglah ke Jakarta. Maka itu banyak perantau dari luar daerah yang mencari peruntungan di Jakarta. Seakan-akan di tempat lain sudah tidak ada lapangan pekerjaan. Menurut saya, ini menimbulkan efek positif dan efek negatif. Efek positifnya, hal ini dapat memajukan, memodernkan Jakarta. Efek negatifnya adalah kemacetan, polusi, dan kriminalitas. Lalu kemanakah tujuan para pemudik tersebut? Banyak yang pulang ke jawa barat, jawa tengah, jawa timur. Kalau tidak salah ada jalur nagrek dan jalur pantura (pantai utara) sebagai jalur utama. Harapan saya adalah semoga pemerintah dapat meningkatkan keamanan dan keselamatan saat mudik.